Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi La Nina akan muncul di Indonesia pada akhir 2025, dengan peluang terjadi antara 50 hingga 70 persen. Prediksi ini didasarkan pada analisis El Niño-Southern Oscillation (ENSO) yang mayoritas menunjukkan kondisi netral sepanjang tahun, meski sebagian kecil model iklim global memperkirakan munculnya La Nina lemah.
La Nina diperkirakan meningkatkan curah hujan di sejumlah wilayah, meski dampaknya bersifat lokal dan tidak terlalu signifikan secara nasional. BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir dan longsor, terutama mengingat musim hujan 2025/2026 diprediksi datang lebih awal dan berlangsung lebih panjang.
Diprediksi Berkategori Lemah
Koordinator Pusat Layanan Iklim BMKG, Supari, menjelaskan bahwa tanda utama La Nina adalah pendinginan suhu muka laut (SST) di wilayah Pasifik tengah hingga timur, meski tahun ini penurunan suhunya tidak signifikan. “Potensi La Nina yang terbentuk diperkirakan tidak signifikan dan hanya berada pada skala ringan,” ujarnya dalam laporan resmi BMKG, Rabu (8/10/2025). Prediksi ini diperkuat oleh fase negatif Indian Ocean Dipole (IOD) yang diperkirakan bertahan hingga November 2025, sehingga meningkatkan konveksi awan di barat Pasifik, termasuk Indonesia.
La Nina kali ini termasuk kategori lemah, berbeda dengan La Nina yang terjadi pada 2020–2021 yang memicu curah hujan ekstrem secara nasional. “Meskipun demikian, potensi La Nina yang terbentuk diperkirakan hanya berada pada kategori lemah sehingga dampaknya terhadap pola iklim nasional relatif terbatas,” kata Koordinator Pusat Layanan Iklim BMKG Supari, dilansir dari Antara, Rabu (8/10/2025). Meskipun SST perairan Indonesia tetap hangat, kondisi ini tetap berkontribusi pada peningkatan penguapan dan curah hujan di beberapa wilayah.
Dampak terhadap Curah Hujan
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa La Nina turut berkontribusi pada peningkatan curah hujan selama musim hujan.“Dampak La Nina salah satunya adalah meningkatnya curah hujan di sejumlah wilayah, terutama saat musim hujan 2025/2026,” ujar Guswanto, dikutip CNN Indonesia, Selasa (7/10/2025). BMKG mencatat sekitar 67% wilayah Indonesia berpotensi mengalami curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm, termasuk di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Prediksi Musim Hujan 2025/2026
BMKG memprediksi musim hujan 2025/2026 akan lebih awal terjadi di 42,1% wilayah Indonesia (294 ZOM), dengan 47,6% wilayah memasuki awal musim hujan pada periode September–November 2025. Beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan bahkan sudah mulai hujan sebelum September. Puncak hujan diperkirakan terjadi di wilayah barat pada November–Desember 2025, serta di wilayah selatan dan timur pada Januari–Februari 2026, dengan durasi yang lebih panjang, mencakup 46,4% wilayah.
“Durasi musim hujan 2025/2026 diprediksi lebih panjang dibandingkan biasanya,” tambah BMKG. Secara umum, intensitas hujan bersifat normal, tidak lebih basah atau kering. Sebaliknya, 1,7% wilayah akan mengalami kemarau pada September–Desember 2025, dan 6,6% wilayah pada Januari–Mei 2026.
Antisipasi dan Imbauan
BMKG mengimbau pemerintah daerah serta sektor pertanian, perikanan, dan infrastruktur untuk mewaspadai potensi peningkatan hujan lokal yang dapat memicu banjir, longsor, dan gangguan hasil panen. “Fenomena La Nina tidak berdampak merata di seluruh Indonesia. Di beberapa daerah efeknya mungkin signifikan, tapi di tempat lain cenderung ringan,” tegas Supari. Koordinasi lintas sektor sangat penting untuk pengelolaan air, kesiapsiagaan pertanian, dan perbaikan drainase. BMKG akan terus memberikan pembaruan informasi secara berkala.